Turun gunung deh!! Kami kemudian memiliki dua buah posko. Posko atas (buat cowok) yang merupakan rumah dinas camat tapi beliau gak tinggal di sana (dijadikan posko utama) dan posko bawah (buat cewek), terletak gak jauh dari posko cowok.
Walau gak bawa kasur, bantal, dan guling, untungnya kami bawa selimut atau sarung. Lipatan mukena kami jadikan bantal (sebelum akhirnya kami membeli bantal boneka) dan kadang hamparan sajadah Q jadikan kasur untuk mengurangi rasa dingin. Hampir semua dari kami bahkan membawa boneka kesayangan yang kadang dijadikan bantal atau sekadar untuk dipeluk.
Gimana rasanya tidur di lantai selama beberapa minggu?!
Awalnya satu persatu dari kami jatuh sakit. Penyesuaian mungkin. Soalnya, setelah kami baik-baik aja tuh!! Kadang kami merasakan tidur di kasur juga c (kalau lagi nginap di rumah induk semang di tempat pendataan). Tapi dengan kondisi seperti itulah kami membangun persahabatan. Rumah itu menjadi saksi rapat-rapat yang penuh perdebatan, tugas pendataan dan penggiringan yang gak jarang bikin kami sakit, tetangga yang ngefans dengan salah satu dari cewek KKN-an, seorang psizoprenia yang mengunjungi posko kami pada jam 9 malam, kegilaan kami untuk membunuh kejemuan, termasuk cerita mengenai siapa mengigau apa dikeesokan harinya ^.^v
1 komentar:
thanks for this....
it will be up dated every times
Pak Tjam
Posting Komentar