Senin, 10 Desember 2007

Welcome to Kalipuro bin Kalipunten

(well, Kalipunten itu istilah dari kami aja kok)


Lebih kurang dua bulan, tepatnya 21 Juni-25 Agustus 2007, aku mengikuti KKN Percepatan Penuntasan WAJAR DIKDAS 9 Tahun di Kalipuro, salah satu wilayah kecamatan di Kabupaten Banyuwangi. Sebenarnya sih aku berharap seperti tahun, ada KKN WAJAR yang penempatannya di Papua atau Sumatra (atau Kalimantan :p). Tapi yang paling jauh ternyata Banyuwangi. Ya sudah, berhubung aku gak mau nanggung (milih Pasuruan yang gak jauh-jauh amat dari Malang), akhirnya aku milih Banyuwangi. Karena gak banyak yang milih untuk ditempatkan di Banyuwangi, akupun ditempatkan (dengan tidak terpaksa) di sana.
Awal datang sih lumayan kaget. Kaget karena letaknya ternyata dekat dengan Kota Banyuwangi, ibukota kabupaten. Tapi kok sepi? Benar-benar terasa seperti kampung (well, dekat kota paling gak masih terasa suasana kotanya). Kaget yang berikutnya ternyata walau dekat kota tapi ada juga daerah yang aksesbilitasnya rendah! Kecuali punya motor sendiri tuk bepergian kemana-mana (termasuk punya kuda). Topografinya lumayan kasar juga ditambah sarana prasarana yang minim (angkot ada di daerah “bawah” saja, aspalnya sudah banyak yang hancur bahkan gak berbentuk lagi, kalau jalan desa malah setapak, terjal, dan gak sedikit yang berada di jalur berupa hutan). Kayapa yang dulu KKN di Papua ya?! Kalau tipe-tipenya kayak dusunnya Denias tinggal sih, wow, keren banget... . Tapi Papua gitu, kapan lagi bisa ke sana? Andai tahun ini ada KKN yang ke sana lagi sih aku pasti daftar. Puncak Jayawijaya, Pegunungan Cartenz, Lembah Baliem, Rawa Wasur, Teluk Cendrawasih, atau yang paling keren Kepulauan Raja Ampat! Wah, kapan ya aku bisa ke sana? (gara-gara kebanyakan nonton JP yang ekspedisi di Papua nih!)
Hari itu hujan turun sedari pagi, menyambut kedatangan kami mulai di pendopo kabupaten hingga sore harinya. Karena sesuatu dan lain hal, diskomunikasi dan lain-lain, setelah disambut di pendopo kecamatan, akhirnya kami harus menginap di rumah salah satu murid pondokan abahnya koordinator kecamatan (korcam) kelompokku, di Dusun Lerek, Kelurahan Gombengsari. Alhamdulillah rumahnya besar, orangnya juga baik. Kami sebenarnya betah tinggal di sana andaikan kami KKN cuma di 1 kelurahan/desa. Masalahnya kami KKN untuk 1 kecamatan. Padahal untuk ke sana cukup jauh dari ibukota kecamatan. Kalau hujan jalannya juga cukup sulit, apalagi kami gak bawa kendaraan untuk transportasi kami selama KKN. Besoknya kami cari tempat tinggal baru. Dapat! 1 rumah dinas pak camat (untuk anak cowok) dan 1 rumah kosong (untuk anak cewek) yang sebelum dimasuki harus didandani dulu. Dipel, disapu, ditata. Make over deh! Tapi ternyata layak huni juga tuh :)
Oich, di sini juga akhirnya aku bertemu dengan orang-orang Osing, suku asli Banyuwangi. Yach, walaupun aku gak pernah berkunjung ke ‘Kampung Wisata Osing’ yang katanya merupakan obyek wisata dimana kita bisa melihat kehidupan Suku Osing asli. Di telingaku yang masih banyak gak paham kosakata Bahasa Jawa, gak beda tuh dengan Bahasa Osing. Logat bicaranya aja yang beda. Menurutku sih kayak ada alunan nadanya gitu. Kalau di Banjar kayak Urang Kalua. Kecuali aku lihat/tau kawanku sama aja dunk-dunknya dengarin dia ngomong, nah berarti lagi ngomong pakai Bahasa Osing. Tapi sori, dulu kupikir suku Osing itu +- Badui dalam, ternyata bukan ^.^v. Yach, +- anggapan orang-orang yang mikir kalau Suku Dayak tuh masih pakai ‘koteka’ atau transportasi utama di Kalimantan tuh masih lewat sungai (soalnya aku masih sering ditanya seperti itu).
Selidik punya selidik gak heran kalau Kecamatan Kalipuro terlihat seperti itu (well, gak usah diceritain lagi yach!) karena ternyata daerah KKN kami itu adalah salah satu kecamatan termiskin di Kabupaten Banyuwangi. Kok bisa ya? Padahal bentang alamnya lengkap. Pantai ada, dataran rendah ada, dataran tinggi ada, bahkan gunung pun ada (Ijen gituh!). Tambak ada, hutan dan Perhutani ada, perkebunan ada (contoh: perkebunan Kali Selogiri dan perkebunan Kali Klatak), pelabuhan Ketapang juga punyanya Kalipuro (oich, Ketapang itu ternyata status administrasinya desa. Dulu kupikir Ketapang itu ibukota kecamatannya. Desa Ketapang juga jauh lebih ramai dibandingkan ibukota kecamatannya).
Aku semakin percaya bahwa Kecamatan Kalipuro adalah salah satu kecamatan termiskin di Banyuwangi ketika ikut Mitha, kawan KKN yang berasal dari Kecamatan Genteng, salah satu kecamatan di Banyuwangi, pulang. Kami melewati beberapa Kecamatan (lupa tepatnya berapa kecamatan. Dasar miss pikun!). Yang kuingat kami lewat Kabat dan Rogo Jampi, baru Genteng. Tiga kecamatan ini jauh lebih ramai dan maju dibandingkan dengan Kecamatan Kalipuro. +- Kota Banyuwangi lah. Di sana terdapat ‘pasar besar’, juga ‘mal’, alias plaza. Bahkan, ‘katanya’ Genteng dulu jauh lebih ramai dibadingkan Kota Banyuwangi sendiri. Kapan Kecamatan Kalipuro seperti itu? Berdoa saja semoga saja cepat terjadi. Amin.

0 komentar: